Kamis, 16 Juni 2011

KKEI Digelar di Solo

Solo, DetakNews. Banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat pada akhirnya berdampak pada produksi dalam negeri. Salah satunya, di era perdagangan bebas ini, serbuan produk asing dapat dengan mudah menggempur, termasuk produk China.

Hal tersebut yang melatar belakangi sejumlah pengusaha yang tergabung dalam Indonesian Islamic Business Forum untuk menyelenggarakan Kongres Kebangkitan Ekonomi Indonesia (KKEI) yang akan diselenggarakan di Solo pada 22-26 Juni mendatang. Ketua panitia kongres, Adib Ajiputra, mengatakan kongres diadakan di Surakarta karena sekaligus untuk memperingati 100 tahun lahirnya Sarekat Dagang Indonesia (SDI) di Surakarta pada 1911.

“Sarekat Dagang Indonesia yang dipelopori KH. Samanhudi merupakan tonggak kebangkitan ekonomi bangsa,” ujar Adib saat jumpa wartawan, Selasa, 7 Juni 2011. Kongres akan menghadirkan pembicara, seperti mantan Presiden Indonesia, BJ Habibie; Direktur Utama PLN Dahlan Iskan; Dewan Pakar Ekonomi Syariah Syafii Antonio; Ustadz Yusuf Mansur; dan pengasuh pondok pesantren modern Gontor, KH Sukri Zarkasyi.

Selain kongres, turut diadakan pameran, expo, dan bazar di Diamond Convention Center dan lapangan kota barat. “Yang akan kami pamerkan seluruhnya produk dalam negeri. Ini sekaligus sebagai wujud nyata Gerakan Beli Indonesia,” tegasnya. Saat kongres nanti, akan dikumandangkan Gerakan Beli Indonesia, yaitu gerakan untuk membeli produk-produk buatan Indonesia.

Penggagas Gerakan Beli Indonesia, Heppy Trenggono, dalam kesempatan yang sama mengatakan dengan membeli produk Indonesia berarti sudah membela kejayaan ekonomi Indonesia. “Saat ini banyak pengusaha yang gulung tikar dan pengusaha baru sulit berkembang karena pasarnya dikuasai asing,” katanya.

Dia menyatakan Indonesia dengan jumlah penduduk sampai 237 juta justru menjadi pasar yang terus dibidik oleh negara lain. Sebab konsumsi Indonesia pada aneka produk  menempati peringkat kedua di dunia setelah Singapura. Dari sisi industri pula, ironisnya sekitar 80 persen pasar tekstil kini telah dikuasai asing, begitu juga sekitar 80 persen pasar farmasi dan 92 persen industri teknologi, sudah menjadi lahan yang dibidik negara lain. Dia meyakini dengan Gerakan Beli Indonesia, maka akan membangkitkan kembali perekonomian nasional. “Saya tidak muluk-muluk. 50 persen saja produk dalam negeri digunakan, sudah sangat bagus,” lanjutnya.

Upaya menggulirkan gerakan tersebut, salah satunya dengan penyelenggaraan kongres. Saat kongres akan dipaparkan tentang pentingnya produk Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri.  “Gerakan ini bisa dimulai dari komunitas, kemudian berkembang ke tingkat daerah, bahkan hingga bersifat nasional. Jika semua konsisten, kami yakin pengusaha Indonesia akan bangkit,” pungkasnya. (Julia Nur Rochmah/D0207064)

Sumber: Tempraryactives, Ratnanews

0 komentar:

Posting Komentar